13 April, 2008

MENYIASATI KELEMAHAN MENJADI KEBERHASILAN

Setiap produk, jasa, bahkan kontestan pilkada/ pemilu, diakui atau tidak sesungguhnya mempunyai kelemahan. Begitu pula halnya dengan sekolah, sehebat apapun nama besar yang disandang sekolah, tetap dapat ditemukan adanya kelemahan. Kendati pun demikian, kelemahan bukan menjadi ancaman apabila kita menyadari dan kreatif menggali kekuatan di balik kelemahan.


Kasus 1: Lokasi

Sebuah sekolah SMA berada di lokasi yang tidak strategis. Letaknya bukan di pinggir jalan raya, serta jauh dari fasilitas kota (Mal, bioskop, maupun tempat gaul yang disukai anak muda nongkrong). Pengurus beranggapan bahwa itulah kelemahan utama karena sekolah tidak berada di kawasan elite, sehingga diputuskan mengambil ceruk pasar siswa dengan sosio-ekonomi orangtua menengah-bawah. Padahal dengan lokasi sekolah yang ditempati sekarang, ketenangan lingkungan mendukung konsentrasi siswa maupun guru dalam proses belajar-mengajar. Juga, karena berjauhan dengan sekolah SMA lainnya, maka terhindar dari kasus tawuran. Bayangkan jika pengurus sekolah mengelola lembaga pendidikan di kawasan elite yang mesti siap dengan kegaduhan parkir, dan berbagai fasilitas modern yang menggoda siswa untuk membolos maupun kabur pada jam pelajaran. Apakah lokasi tetap menjadi biang keladi yang menghambat sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan ?

Kasus 2: Fasilitas

Pada awalnya, sebuah sekolah dianggap paling mentereng dan terdepan, karena memiliki sarana dan prasarana sebagai sekolah modern. Beberapa tahun kemudian, muncul sekolah lain yang lebih besar gedungnya, lebih canggih fasilitas dan pelayanannya. Pengurus sekolah pun merasa, bahwa mereka sudah kalah tersaingi oleh kehadiran sekolah baru tersebut. Faktor fisik yang menjadi ukurannya.

Keunggulan yang selama ini dikenal karena budaya sekolah yang mampu melahirkan siswa berkepribadian terpuji dan sarat prestasi, seolah tidak lagi penting dibandingkan pesona kemegahan sarana dan prasarana. Padahal banyak tersiar berita, sekolah yang konon paling istimewa fasilitasnya, tak mampu mencegah siswanya berbuat asusila, meneror temannya, bullying, narkoba, dan berbagai cerita aib kenakalan yang selalu ditutup rapat oleh pihak sekolah.

Mengapa terlupakan peran kualitas dan kreatifitas SDM/Guru dan budaya sekolah yang justru menentukan segala fasilitas bermanfaat secara positif dan konkret terhadap prestasi siswa dan sekolah ?


Tentu saja, masih banyak studi kasus yang dapat diceritakan oleh pembaca, mengenai anggapan kelemahan yang kemudian justru bisa dijadikan kekuatan. Kuncinya, terletak pada kesadaran bahwa kita harus mengubah pola berpikir yang biasanya berawal dari benak kita sendiri. Mulailah berangkat dari benak konsumen (orangtua, siswa, masyarakat) tentang aspirasi dan motivasi mereka dalam memilih sekolah. Termasuk pula, peran orangtua dan siswa sebagai ”penyambung lidah” yang mempengaruhi baik buruknya citra sekolah. Dengan demikian, mewujudkan komunikasi interaktif antara orangtua dan sekolah sebagai program kerja sekolah yang tak dapat diabaikan. Berani keluar (out of the box)dari pola konvensional dan rutinisme kegiatan sekolah dan orangtua, seperti: penerimaan siswa baru, pembagian rapor, dan seterusnya. Kreatifitas semakin dituntut untuk mencari cara-cara baru/ inovatif yang lebih bermakna, terutama memanfaatkan kemajuan teknologi informasi secara optimal, yaitu: internet dan mobile (SMS, dll) yang semakin berperan sebagai sarana komunikasi di Indonesia dan dunia.

Berikut beberapa faktor yang dapat dijadikan untuk menggali kekuatan (diferensiasi unggul) sekolah:

o Analisa Situasi (product, market, competition)

Product/ Sekolah: Menelaah keungulan dan kelemahan sekolah pada saat ini, mencakup: sarana dan prasarana, SDM, metode pendidikan, lokasi/ lingkungan, eskul, kerjasama dengan institusi lainnya, besaran SPP, prestasi, dll.

o Konsep Sekolah

Deskripsi tentang sekolah (beragama, internasional, boarding school, dll) dengan
keistimewaan yang paling menonjol.

o Khalayak Sasaran

Kelompok sosio-ekonomi orangtua yang hendak direngkuh, serta psikografis
(alasan, motivasi, aspirasi) dalam memutuskan pilihan sekolah.

o Janji
Yang ditawarkan sekolah apakah sesuai dengan harapan/ekspetasi orangtua maupun siswa.

o Tujuan Komunikasi
- Menciptakan/ meningkatkan awareness terhadap nama dan keistimewaan sekolah.
- Membangun citra sekolah sebagai ........

- Mendorong orangtua untuk mengetahui lebih rinci/ menghubungi sekolah.

31 Januari, 2008

KENDALI SEHARUSNYA DI SEKOLAH

Masih banyak sekolah yang menggunakan pengiriman pesan melalui SMS dengan cara menyerahkan data kepada perusahaan penyedia broadcast sms yang kemudian akan mengirimkan info sekolah tersebut ke seluler orangtua. Cara ini mengandung banyak kelemahan dan kurang efektif dalam menunjang tujuan sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik melalui disiplin siswa, maupun upaya menggalang kerjasama yang lebih baik dengan orangtua siswa. Mengapa ?


Aplikasi Khusus

Jika sekolah tidak dapat mengirim pesan langsung melalui SMS yang akan disampaikan kepada orangtua, kemungkinan besar adalah sistem yang digunakan memerlukan aplikasi khusus. Sistem aplikasi (software) tersebut hanya terdapat di server penyedia jasa layanan SMS, serta tidak dapat diakses sekolah melalui internet, sehingga pihak sekolah harus mengirimkan datanya (hard/ soft copy) ke pihak penyedia jasa layanan SMS. Mari kita telaah lebih lanjut, berapa banyak pengiriman pesan dilakukan dalam sebulan oleh sekolah. Jika informasinya mengenai hasil nilai, mungkin bisa menunggu hingga terkumpul datanya. Bagaimana jika hanya 2 pesan penting dan bersifat segera, tentu sangat merepotkan jika sekolah harus mengantar data ke pihak penyedia jasa layanan SMS. Pada akhirnya, Kepala Sekolah/ Guru yang harus mengirim pesan secara manual alias dikirim melalui handphone pribadi.


Akses Mudah


Bandingkan, jika sekolah memiliki akses langsung ke sistem broadcast SMS melalui internet, tentu saja dengan cara register terlebih dahulu, yaitu login dan password. Pada umumnya, penyedia jasa layanan SMS memberikan kemudahan upload dan download template (yang memuat data siswa nomor seluler orangtua dan menu pesan, seperti: absensi, mata pelajaran dan nilai, info individu serta info umum) dengan menggunakan Microsoft Excel
yang sangat familiar bagi guru dan staf sekolah. Khusus untuk mata pelajaran, menu yang tersedia bisa di-customized sesuai dengan kebutuhan sekolah (SD, SMP, SMU. SMK, Lembaga Pendidikan Tinggi). Malahan untuk TK yang lebih banyak info nilai secara naratif, akan lebih banyak menggunakan menu info individu. Melalui sistem ini, pihak sekolah bisa langsung mengirim pesan SMS langsung ke seluler orangtua tanpa intervensi maupun manipulasi data oleh pihak lain. Lebih mudah dan lebih aman. Sekolah juga dapat mengirimkan berita setiap saat dari mana pun, baik ke orangtua maupun guru (internet sekolah: telkomnet/ speedy, warnet, wireless/hotspot area/ PCMIA laptop jika sedang raker/ seminar misalnya).


Fleksibel, Efektif.

SMS sekolah seyogyanya menjadi sarana yang mendukung penuh program komunikasi sekolah. Terlebih lagi berkaitan dengan murid SMP dan SMA, terutama di Jakarta, yang tergolong usia rawan dan semakin pandai menyiasati peraturan sekolah. Bukan rahasia pula, jika selama ini surat edaran banyak yang tidak sampai ke tangan orangtua. Pihak sekolah pun, kini tidak lengah apabila ada seorang murid yang minta ijin pulang jam pelajaran tertentu dengan alasan sakit. Begitu ijin diberikan, sekolah langsung memberitahu orangtua melalui SMS. Dengan demikian, orangtua dapat mengontrol semua aktivitas putera-puterinya di sekolah. Sekolah dapat mengirimkan semua informasi penting, langsung ke seluler orangtua tanpa terkendala oleh kesibukan maupun aktifitas kerja.
Cara inilah yang sesungguhnya efektif, terutama memberikan dampak perubahan pada kedisiplinan siswa, serta menggalang kerjasama yang intensif antara sekolah dan orangtua, agar terwujudnya prestasi siswa dan citra sekolah berkualitas.


Dikelola Terkendali

Dengan demikian, seyogyanya SMS sekolah dikendalikan langsung oleh pihak sekolah sendiri, termasuk pengelolaan jumlah/kuota dan biaya pulsa sesuai dengan kebutuhan sekolah , serta disepakati oleh orangtua - setidaknya melalui perwakilan mereka di Komite Sekolah. Dalam pelaksanaannya, Kepala Sekolah (atau menunjuk Wakilnya) bisa bertindak sebagai administrator yang memonitor setiap Guru walikelas sebagai operator (tergantung kebijaksanaan sekolah, bisa hanya 1/ satu operator atau semua walikelas boleh menjadi operator) dalam penggunaan SMS sekolah. Sistem Broadcast SMS yang baik, menjamin kerahasiaan (melalui login dan password) sekolah, bahkan satu sama lain operator tak dapat memasuki situs kelas yang menjadi tanggung-jawabnya. Kecuali administrator yang memiliki otoritas kepada semua operator.
Terdapat 3 (tiga) faktor penting untuk me-review fasilitas layanan informasi sekolah melalui SMS:
- Tidak ada investasi khusus
- Akses mudah melalui internet dan pengoperasian (menu) mudah
- Cari informasi dan bandingkan dengan sekolah lain yang sudah menggunakan

23 Januari, 2008

KIAT MEMPEROLEH MURID BERKUALITAS

Diakui atau tidak, terutama sekolah swasta kini semakin menurun jumlah siswa yang potensial dari aspek kecerdasan mapun stabilitas sosio-ekonomi orangtuanya. Karena itulah, semua sekolah swasta sibuk berpromosi menjaring siswa baru, dengan menjanjikan bermacam aktifitas belajar (yang nyaris semua sekolah melakukan), serta keunggulan fasilitas yang dimilikinya.
Cobalah kumpulkan flier dan brosur yang disebar oleh sekolah, mulai dari perumahan elite, mal, hingga tempat peribadatan. Hampir semua sekolah menyampaikan pesan "me too", hanya menceritakan kehebatan sekolah (product benefit) dan melupakan "emotional benefit" siswa dan orangtua. Kecenderungan ini disebabkan kita terjebak pada "physical advantage" (kebanggaan berlebihan pada sarana fisik sekolah) dan mengabaikan kekuatan sumberdaya utamanya yaitu: kerjasama antara sekolah (guru), siswa dan orangtua sebagai tritunggal pendidikan.

Aspirasi

Semakin banyaknya orangtua yang suami-isteri bekerja, menyebabkan pilihan utama pada sekolah yang bisa mewujudkan harapan mereka, yaitu:
- Mengembangkan secara optimal kecerdasan putera-puterinya, selaras dengan kemajuan zaman.
- Membangun mental positif yang berorientasi pada prestasi.
- Memperkuat (justifikasi) keyakinan orangtua bahwa pilihan mereka terhadap suatu sekolah memang tepat.


Komunikasi

Dari tiga aspirasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa dibutuhkan kerjasama yang baik antara tritunggal pendidikan. Pengertian kerjasama dan bukan sama-sama bekerja , adalah bahwa komunikasi antara ketiga pihak: sekolah, siswa dan orangtua mutlak perlu (bukan hanya pada saat penerimaan rapor) dan tidak dapat terhenti karena alasan kendala (kesibukan orangtua, surat edaran yang tidak sampai ke tangan orangtua, tidak dianggarkan untuk biaya komunikasi, dll). Dewasa ini, komunikasi antara sekolah dan orangtua kian jarang mungkin disebabkan terbentuknya komite sekolah yang dianggap telah mewakili orangtua. Namun, jika menelaah aspirasi orangtua, setidaknya mereka amat senang memperoleh informasi perkembangan studi putera-puterinya. Dilain pihak, dengan menjalin komunikasi yang baik kepada orangtua siswa, maka sekolah akan mendapat promosi yang paling efektif dari "mulut ke mulut" antar sesama orangtua. Silakan review dan jadikan case study di sekolah Anda.

24 Desember, 2007

UNTUK IBUKU ..

Peringatan Hari Ibu di Indonesia tidak semarak seperti hari besar lainnya. Bahkan, tidak ada tradisi khusus untuk merayakan ataupun memberikan tempat yang istimewa kepada kaum Ibu. Bagaimana pun mengungkapkan rasa terima kasih dan cinta kepada Ibu, merupakan sikap mulia anak kepada orangtua. Karena tanpa pengorbanan dan kasih , kita tak mungkin menjadi insan yang mandiri dan berhasil menjadi "orang".
Keinginan untuk menyadarkan penghargaan kepada Ibu, diwujudkan oleh tim kreatif mahasiswa ITKP (Institut Teknologi Komunikasi Pemasaran) Jakarta, yang dapat Anda lihat dalam 2 (dua) dramatisasi iklan layanan masyarakat yang dibuat pada tahun 2005.

Selamat Hari Ibu !